Sabtu, 16 Agustus 2014

Lampu Merah

Apa yang anda lakukan bila rambu lalu lintas menunjukkan lampu merah? Mayoritas dari kita pasti ,mau tidak mau, akan menjawab berhenti padahal sebelumnya mungkin kita sedang berkendara kencang atau berada pada kondisi jalanan yang ramai dimana kalau tidak segera jalan makin terjebak dalam kemacetan. Tapi apa boleh buat, rambu lalu lintas menunjukkan lampu merah dan kita waijb untuk berhenti, bila tidak berhenti? Kita harus siap menerima konsekuensi maupun resikonya seperti ditilang pak polisi atau malah terjadi kecelakaan karena menerobos lampu merah dan menabrak kendaraan dari arah jalan yang berbeda. Sama seperti hidup, tidak selamanya kita akan melaju kencang, ada kalanya sesuatu memaksa kita untuk berhenti sesaat dan mengambil jeda.

Banyak hal yang bisa kita lakukan saat terjebak dalam lampu merah, bisa terus-terusan membunyikan klakson (ini sangat mengganggu, percaya saya), bisa salip sana salip sini biar posisi kendaraan makin ke depan, bisa menikmati audio kendaraan bila dalam mobil atau malah bisa dimanfaatkan untuk mengulangi hapalan Quran dan kalau lupa bisa langsung dibuka Qurannya untuk dicek. Sama seperti saat kita berada pada kondisi jeda dalam hidup, kita bebas memilih mau apa, bisa dari ngedumel sampai melihat lagi sebenarnya apa tujuan kita. Kita boleh kok ngedumel, ngomong A sampai Z, ngejelek-jelekin orang yang bikin kita stagnan tapi kita juga boleh melihat lagi sebenarnya saat saya sudah sampai disini sesuai tidak ya dengan niatan awal saya? Apakah tujuan saya hanya sekedar untuk dunia? Apakah ini hanya sekedar mengejar materi tanpa memberi manfaat? Kalau memang kondisi jeda ini malah makin mendekatkan kita dengan Yang Maha Kuasa kenapa harus ngedumel?

..boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui (Al Baqarah ; 216)

Apakah untuk sesaat berhenti ini baik? Mungkin kita diminta untuk merenungi kembali tujuan kita melakukan segala macam aktivitas dan kegiatan di dunia ini.

Imam Al Ghazali pernah mengajukan enam pertanyaan kepada murid-muridnya, dua dari pertanyaan tersebut adalah apa yang besar? Dan apa yang paling ringan? Ternyata yang paling besar adalah nafsu dan yang paling ringan adalah meninggalkan sholat. Mungkin selama ini nafsu dunia telah merayu kita sehingga kita pun terus berada dibuaiannya sehingga akhirnya sholat pun terlewat. Bahkan Khalifah Umar Bin Khatab sampai berdoa, “ya Allah, tempatkanlah dunia dalam genggaman tangan kami dan janganlah kau tempatkan dia dalam lubuk hati kami”.


Mungkin setiap kita mengalami proses stagnan sehingga harus jeda kita memang diminta untuk merefresh kembali tujuan kita, melihat kembali kebesaran kuasaNya dan juga mengecek kembali apakah nafsu dunia telah membuat kita lalai akan perintahNya? 

Ini semua sekedar catatan pribadi untuk penulis :))

Minggu, 03 Agustus 2014

Hidup ini unik


Segala sesuatunya datang tanpa kita sadari, entah dibutuhkan atau tidak kita akan tetap mengambilnya dan perlahan akan kita nikmati. Sesaat saja kita mengedipkan mata, saat itu pula kita kehilangan momen. Suatu waktu akan berlalu begitu saja tanpa kitta tahu ada apa. Asumsi kita terhadap relativitas dan probabilitas dianggap menyerang referensi tunggal absolut secara bersamaan, sebagian bertahan, sebagian mengalah yang lain tetap berada pada ambang batas keraguan atau malah memilih abstain yang cenderung tidak tahu, yang terakhir ini mungkin tempat saya berada. Hidup di luar kehidupan itu sendiri terdengar aneh. Hidup dapat dipahami sebagai proses bertukar kebutuhan. Manusia membutuhkan tumbuhan sebagai makanan, tumbuhan membutuhkan manusia agar dapat terus berkembang biak dengan cara dikembangbiakkan secara sengaja ataupun tidak sengaja dan akan terus berlaku sama dengan semua variabel lainnya seperti hewan. Menhindari ke-antarbutuhan sepertinya tidak mungkin sekalipun kita mencari ruang soliter yang paling absolut sekalipun. Terbiasa saling membutuhkan, lama-kelamaan interaksi ini akan berubah dan menimbulkan ruang untuk berbagi khusus bagi manusia berbagi ini tidaklah gratis, semuanya berharap akan adanya imbalan minimal di hari akhir bagi mereka yang percaya akan hari akhir.


Hidup ini memang unik bagi mereka yang mencoba memahaminya dan terjebak dalam aforisme yang menjemukkan.
Unik lebih menarik daripada aneh.

Unik.