Plate Tectonic Theory
Teori Lempeng Tektonik
Diambil dari tugas PL3002-Aspek Kebencanaan Dalam Perencanaan
Teori lempeng tektonik merupakan
teori yang berkembang di tahun 60an dan diperkenalkan oleh J. Tuzo Wilson. Jauh
sebelum tahun 60an, Alfred Wegener mengemukakan pendapatnya tentang benua yang
terapung pada beberapa kesempatan di forum ilmiah internasional namun ditolak
dan pendapat Wegener inilah yang menjadi landasa berpikir tentang teori lempeng
tektonik.
Tektonik
berasal dari bahasa Yunani, memiliki arti “berkaitan dengan konstruksi”
sebagian yang lain menyebutnya dengan struktur sehingga teori lempeng tektonik mejelaskan
tentang pergerakan lempeng di permukaan bumi sekaligus menjelaskan aktivitas
geologi yang ada. Terdapat beberapa lapisan pada bumi, yaitu kerak (crust),
mantel (mantle), inti luar (outer core) dan inti dalam (inner core). Kerak bumi
merupakan lapisan terluar yang terdiri dari continents dan ocean basin,
selanjutnya mantel yang memiliki konsentrasi terbesar dari panas bumi dan
terdiri dari dua bagian yaitu mantel dalam dan mantel luar dengan ketebelan
kedua bagian tersebut sekitar 2900km. Selanjutnya lapisan paling dalam bumi
yaitu inti luar dan inti dalam, bersama dengan mantel dalam ketiganya termasuk
sebagaii bagian dari lapisan astenosphere bumi. Di atas lapisan astenosphere
terdapat lapisan litosphere, mantel luar dan kerak bumi, dimana proses lempeng tektonik terjadi. Bila kerak,
mantel dan inti bumi dibagi berdasar pembentuk lapisannya maka pembagian
lapisan bumi menjadi lapisan litosphere dan astenosphere berdasar proses
mekanis yang terjadi.
Jenis-jenis dari pergerakan lempeng tektonik:
1
Divergen
Divergen
Pada pergerakan divergen, dua
lempeng bergerak saling menjauhi. Saat kedua lempeng tersebut saling mejauhi
maka magma yang terdapat di bawah lapisan litosphere akan bergerak ke atas
sehingga membentuk deretan gunung api bawah laut contohnya adalah dereten
gunung api bawah laut pada laut antartika yang juga makin menjauhkan benua
Eropa dengan Benua Amerika
2. Konvergen
Pergerakan jenis
konvergen terjadi saat lempeng dengan densitas lebih padat bertemu dengan
lempeng yang densitasnya kurang padat sehingga lempeng dengen densitas kurang
padat tersebut terdorong ke lapisan mantel luar. Kejadian ini sering terjadi di
daerah zona subduksi, daerah cincin api, sehingga frekuensi terjadinya gempa
bumi cukup besar akibat pergerakan lempeng jenis konvergen. Namun, saat
densitas dari kedua lempeng tidak terlalu jauh berbeda maka dapat muncul
pegunungan api seperti pada Pegunungan Himalaya.
Konservatif
Bila pada pergerakan jenis
divergen maka dapat memungkinkan terjadinya lempeng baru dan konvergen dapat
meniadakan lempeng, pada jenis konservatif lempeng tersebut tidak hilang
ataupun terbentuk suatu lempeng baru lagi namun saling bergeser sehingga
memungkinkan aktivitas gempa bumi yang cukup tinggi. Contohnya adalah pada
Lembah Sianok di Pulau Sumatra dan San Andreas di Amerika Serikat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar