Mengartikan Cinta
Cinta itu fitrah yang datang langsung dari Yang Maha Kuasa. Tidak ada yang pernah dalam mencintai ataupun dicintai. Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS Ar-Rum [30]: 30). Jika
demikian itu halnya agama Allah (Islam), tidak mungkin ada sesuatu yang
bertentangan dengan fitrah tersebut. Sungguh sangat rugi orang yang
mengingkari fitrah tersebut.
Cintalah yang memanusiakan manusia, mewarnai
kehidupan, dan menerbitkan harapan. Tiada masalah ada cinta pada manusia
dan tiada pernah pula Allah karuniakan cinta untuk menyiksa. Layaknya
cinta kepada Allah serta Rasul dan Agama yang dibawanya, cinta juga
diperuntukkan untuk kedua insan manusia untuk saling mengasihi dan
menenangkan. Allah menjadikan rasa cinta antara jenis yang berlawanan,
sama seperti Allah jadikan rasa cinta manusia terhadap apa pun yang
diinginkan di dunia. Lebih dari itu, Allah menjadikan rasa cinta dan
kasih sayang sebagai tanda orang yang beriman. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha
Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang (QS Maryam
[19]:96).
Merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata cinta antara lain diartikan suka sekali, sayang benar, terpikat, merindukan dan lain-lain.
Sepertinya setiap bahasa yang ada di dunia memiliki padanan katanya
masing-masing untuk kata cinta namun artinya tidak akan jauh berbeda.
Dalam Al-Quran kata yang paling banyak menunjukkan kata cinta adalah hubb
yang diulang, dengan berbagai bentuknya, sebanyak 93 kali. Ulama besar
pun, Jalaludin Abdurrahman as-Sayuthi (1454-1505 M) melakukan kajian
terhadap kata hubb/cinta ini. Menurutnya kata hubb dalam bahasa arab terdiri dari dua huruf yaitu ha’ dan ba’. Pemilihan kedua huruf ini memiliki dasar filosofis yang dalam. Huruf ha’
terucap melalui akhir kerongkongan yang merupakan sumber suara. Tempat
keluarnya tidak jauh dari jantung/hati yang merupakan sumber cinta.
Sedangkan huruf ba’ lahir dari kedua bibir yang merupakan akhir tempat keluarnya suara. Dengan demikian,
kata ini (hubb) menghimpun awal dan akhir sekaligus mengisyaratkan
bahwa cinta adalah awal perasaan yang berlanjut hingga akhirnya.
Demikian paparan as-Sayuthi ketika melakukan paparan analisis
kebahasaan.
Sungguh mulia, Islam mengartikan cinta. Namun
apa jadinya bila mencintai sesuatu berlebih-lebihan? Atau menempatkan
cinta pada tempat yang tidak semestinya? Makna cinta itu luas maka jagan
dipersempit dengan syahwat. Kasih sayang itu terlalu tinggi untuk
direndahkan hanya dengan baku maksiat. Islam adalah agama yang
mengajarkan cinta kasih.
Cinta, cinta dan cinta. Tak akan
pernah puas kita untuk membahasnya apalagi bila dihubungkan dengan
cinta antar manusia. Sudah jelas cinta adalah fitrah manusia agar saling
memberikan ketenangan saat berbuat kebaikan di atas muka bumi ini.
Dengan demikian, Allah tidak mungkin melarang cinta hanya saja Dia
mengarahkan ke arah yang berdampak baik bagi manusia.
Kalau sudah siap? Pastikan yang dicintai ada rasa juga jangan sampai bertepuk sebelah tangan karena rasanya pasti PAHIT! Habis itu ya langsung samperin orang tua yang dicintai biar waktu halalnya disegerakan donggg.
Kalau mencintai seseorang namun
belum siap maka cintailah dia dalam diam dan berdoalah pada Allah karena
hanya dia yang sanggup membolak-balikkan hati setiap makhluknya. Karena
cinta menuntut kesetiaan dan cinta memikirkan yang dicintai bukan hanya
kemarin dan sekarang tapi nanti. (Out of topic)
Kalau sudah siap? Pastikan yang dicintai ada rasa juga jangan sampai
bertepuk sebelah tangan karena rasanya pasti PAHIT! Habis itu ya
langsung samperin orang tua yang dicintai biar waktu halalnya
disegerakan donggg.
—-
Dari buku Perempuan, karya Quraish Shihab dan Udah Putusin Aja, karya Felix Y. Siauw.