Mengapa Sosialisme?
Situasi yang terjadi saat dalam
sistem ekonomi yang berdasarkan pada kepemilikan modal secara pribadi,
dicirikan oleh dua prinsip utama: pertama,
alat-alat produksi (modal) dikuasai secara pribadi dan para pemiliknya
menggunakannya tanpa kendali. Kedua,
kontrak tenaga kerja yang bersifat bebas. Tentu saja, dalam pengertian ini
tidak ada masyarakat kapitalis yang benar-benar murni. Secara khusus, harus
diperhatikan bahwa para pekerja-melalui pergulatan politik yang panjang dan
memerihkan-telah berhasil menciptakan bentuk yang lebih baik dari “kontrak
pekerja bebas” untuk para pekerja dengan kategori-kategori tertentu. Tetapi
secara keseluruhan, ekonomi sekarang ini tidak banyak berbeda dengan
kapitalisme “murni”.
Produksi dilakukan demi meraih keuntungan, bukan demi kegunaannya.
Tidak ada jaminan bahwa semua orang yang mampu dan ingin bekerja akan selalu
mendapat pekerjaan; selalu ada sekolompok penganggur. Pekerja selalu merasa
cemas akan kehilangan pekerjaannya. Kemajuan teknologi sering kali
mengakibatkan lebih banyak pengangguran, dan bukannya mempermudah beban
pekerjaan. Motif keuntungan, menyatu dengan kompetisi di antara para kapitalis,
bertanggung jawab atas ketidakstabilan dalam akumulais dan penggunaan modal
yang mengarah pada depresi berat yang terus meningkat. Persaingan bebas kini
mengarah pada penghapusan besar-besaran tenaga kerja dan melumpuhkan kesadaran sosial setiap individu.
Saya menganggap bahwa ketimpangan
individual ini merupakan kejahatan kapitalisme yang paling buruk. Seluruh
sistem pendidikan kita dirugikan karena kejahatan ini. Sikap bersaing yang berlebihan ditanamkan pada siswa yang dididik untuk
memuja kesuksesan tanpa batas sebagai persiapan karir masa depan mereka.
Saya yakin bahwa hanya ada satu
cara untuk keluar dari semua kejahatan ini, yakni dengan menerapkan ekonomi
sosialis, yang disertai dengan sistem
pendidikan yang diarahkan pada tujuan-tujuan sosial.
----
Tulisan sebelumnya merupakan
salinan yang saya ketik dari buku “Seri
Mengenal dan Memahami Einstein” karya Joseph Schartz dan Michael Mcguinnes.
Jangan bayangkan itu buku yang ribet, halamannya sampai ratusan dan tulisannya
kecil-kecil, rapat pula. Ini buku yang menceritakan perjalanan hidup Einstein
dalam gabungan gambar, tulisan dan grafis yang simpel tapi tetep aja pusing pas
baca buku beginian, maklum otak saya nga sampe pas lagi ngebahas teori
relativitasnya doi. Di akhir dari buku ini ada pendapat Einstein tentang sistem
ekonomi yang berkembang saat itu. Coba perhatikan kalimat yang ditebalkan, mungkin nga asing dan bahkan masih bisa
kita rasakan sampe sekarang. Hmm..
Well..
Sebenarnya, tulisan diatas tidak
sama persis dengan yang ditulis oleh Einstein di majalah Monthly Review (aslinya bisa dicek di, Why Socialism by Albert Einstein). Tulisan diatas lebih bersifat resume mungkin karena ada proses alih bahasa,
supaya lebih ringkas dan lainnya tapi seenggaknya inti pesan yang disampaikan
sama. Mungkin lebih mirisnya lagi tulisan ini masih layak untuk dibaca saat ini, direnungi dan diambil
pesannya.
Why Socialism was written by Einstein and published by Monthly Review in 1949. I guess the condition still remains the same as today’s. -Maundri Prihanggo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar