Hai, apa kabar mu?
Hai, apa kabar mu yang (jauh) disana?
Yang berteriak malu pada dinding sepi
Yang menunggu malam sejak pagi
Yang berjalan entah kemana
Mungkin harus berhenti atau malah berlari
Kembali berpikir atau terus mengejar sesuatu yang tak pasti
Ini semua tentang dia dan Dia
Kalau memang harus kucari jawabnya
Akan kucari, walaupun harus ke langit ke-tujuh
Jumat, 11 Desember 2015
Sabtu, 28 Maret 2015
Apa yang paling penting untuk diperjuangkan dalam hidup ini?
Secara tiba-tiba teman saya me-whatsapp saya seperti ini, "Mon, sebenarnya apa point penting dalam menjalani perjuangan hidup ini?". Berat nga sih pertanyaannya? Sumpah ini orang mikir apa sampe tiba-tiba nanya pertanyaan beginian dan seketika itu juga saya tertarik untuk menulis kembali di blog ini dengan judul
Apa yang paling penting untuk diperjuangkan dalam hidup ini?
Kira-kira apa ya?
Apakah harta? Sehingga membuat kita larut dalam pencarian rezeki. Dalam 24 jam kita terus-terusan sibuk mendulang uang. Ada kerjaan disana diambil, ada kerjaan disini diembat. Semuanya dikerjakan semata-mata untuk menumpuk harta.
Apakah kedudukan dan kekuasaan? Ini penting sekali untuk diperjuangkan tapi ya tapi harus jelas bukan semata karena ego pribadi atau ambisi sesaat. Biasanya yang muncul hanya dengan landasan ego dan ambisi ditambah bumbu "merasa lebih baik dari yang lain" ini bakalan jatuh dengan sendirinya dan terus-terusan tidak pernah puas. Sudah jadi ketua RT mau jadi ketua RW sudah jadi Gubernur malah mau jadi Presiden. Tapi kalau memperjuangkan kemerdekaan dengan melawan kedudukan dan kekuasaan kolonialisme belanda dan imperialisme jepang ini jadi wajib karena saudara sebangsa kita diperas keringatnya dijadikan babu dan diperbudak untuk kekayaan kolonial dan imperial.
Apakah cinta? Yaampun 2015 masih ngomongin cinta? Udah bukan zamannya lagi. Aksi coy aksinya mana?
Jadi apa yang patut diperjuangkan?
Seketika itu juga setelah teman saya bertanya, saya langsung mencari buku-buku yang sekiranya dapat menjadi rujukan ternyata saya sendiri yang terjebak pada pertanyaan tersebut. Mungkin pada akhirnya sesuatu yang patut kita perjuangkan adalah apa yang kita anggap benar tanpa pernah melakukan pembenaran dengan terus merasa rendah hati mengakui kelebihan orang lain.
Keterbatasan akal dan pikiran kita tidak akan pernah membuat kita bersandingan dengan Tuhan bahkan seorang Einstein saja hanya mampu memaksimalkan kemampuan otaknya 5%. Tidak akan pernah ada seorang ahli bangunan merasa lebih baik daripada seorang fisikawan karena mereka berada di ruang yang berbeda. Merasa rendah hati bukan berarti tidak mampu dan tidak berhak ikut campur namun merasa bahwa suatu permasalahan sudah ada orang yang menekuninya tentunya orang tersebut memiliki kelebihan di bidang permasalahan tersebut.
-- Weslah ngomong opo aku iki, ra nggenah blasss
Sudah lah sekarang itu tekuni saja apa yang sedang kamu kerjakan. Pahami mana yang benar dan mana yang salah. Jangan pernah sekalipun melakukan pembenaran, jadilah bijak dengan mengakui kesalahan karena salah bukan berarti kalah. Akui kelebihan orang lain dan jangan pernah puas dengan terus merasa rendah hati.
Tulisan ini adalah catatan yang bagus untuk diri sendiri.
Selamat merenung.
Jumat, 16 Januari 2015
2014 nya sudah 16 hari
Sebenarnya sejak 16 hari yang
lalu tahun 2014 sudah ditutup tapi rasanya untuk terbiasa menyebut 2015 masih
sangat sulit mungkin karena ada sesuatu yang sulit dilupakan atau mungkin juga
itu semua sekedar perasaan. Mungkin.
Tapi sumpah! Judul diatas terjadi
tanpa sedikitpun unsur kesengajaan. Saat meletakkan angka 5 dan bukan 4, itu
terjadi dari alam bawah sadar dan tiba-tiba begitulah hasilnya seperti terjadi, maka terjadilah. Yah, bolehlah
saya sebut 2015nya sudah 16 hari. Sudah 16 hari berarti sudah setengah bulan.
Sudah setengah bulan berarti?
Berarti? Semakin berartikah
hari-hari saya nantinya?
You worry things, you shouldn’t have to
Pastinya sebagai manusia biasa
terkadang kita bakal berpikir ngawang jauh ke depan tentang banyak hal, semisal
entar kira-kira 5 tahun lagi bakal lagi ngapain ya? Tapi semakin dipikir
semakin ngawang kemana-mana malah semakin berbenturan dengan realitas. Mungkin
karena terlalu terlalut dalam khayalan jadinya malah makin nga karuan and it
makes us worry sometimes a little bit too much.
Khayalan, it makes us worry sometimes a little bit too much
Just make things simpler
Saat kita hidup buat sekarang, di
detik-detik yang terus berlalu, kenapa tidak melakukan sesuatu sebaik-baiknya.
Yah, walaupun perkataan itu tidak semudah perbuatan tapi kenapa tidak (lebih
dari sekedar) dicoba? Dicoba untuk berbuat sebaik-baik mungkin, berbuat apa?
Yah berbuat apapun. Kalo di kantor, berbuat sebaik mungkin tentang amanah yang
dikasih ke kita dan jadi tanggung jawab kita. Mengeluh? Wajar. Mungkin beban
kerja terlalu besar atau terus-terusan salah (malah mungkin disalahin mulu)
atau mungkin merasa bisa mengerjakan yang lain tapi nga dikasih-kasih. Yah,
namanya juga hidup, terkadang ada sesuatu yang kita nga mau terima tapi cuman
itu doang yang dikasih. Tapi kalo mengeluh terus? Nga wajar.
kenapa tidak melakukan sesuatu sebaik-baiknya
Actually, time is limited
Mau dipaksa bagaimana juga waktu
nga akan pernah berhenti apalagi berjalan mundur jadi jangan pernah berharap
bisa memperbaiki kesalahan di masa lalu. Klo dulu pernah salah, usahakan
sebaik-baiknya sekarang jangan sampai salah lagi. Ada kalanya hidup bakal
diatas tapi pastinya biar bisa sampai atas juga dari bawah dulu, eh pas udah
sampai atas langsung ke bawah lagi. Jadi percuma kalo mengeluh terus, yang ada
juga capek. Mengeluh sekali aja, jadiin bahan kritik buat diri sendiri. Dari
kritik buat diri sendiri langsung cari solusi dari masalah yang kita anggap
keluhan. Terkadang masalah itu bukan masalah sampai kita mengganggap itu
masalah.
Terkadang masalah itu bukan masalah sampai kita mengganggap itu masalah
Dari ucapan-ucapan saya yang
terdengar sotoy diatas, biar asik, saya ingin mencoba menarik kesimpulan.
Kesimpulannya?
Sepertinya saya harus sesegera
mungkin menemukan teman hidup. #Badadumtessss
Langganan:
Postingan (Atom)