Senin, 26 Desember 2011

Sebatang rokok dan secangkir kopi

26 Desember dan setiap orang berhak untuk menikmati lamunannya. Malam akan selamanya gelap dan siang akan selalu terang. Tapi besok?
Tak ada satupun yang mengerti apa yang akan terjadi di hari esok karena besok itu gelap, karena besok itu bukanlah putih tapi hitam.
Kalau aku boleh menyapamu akan kulakukan sekarang, kalau akau tahu namamu.
Mimpi memang bunga tidur tapi tak satu waktu pun aku sudi hidup dalam kebun bunga. Tidur.
Semua penantian pasti akan berakhir. Tak terkecuali.
Setiap orang berhak untuk berharap tak peduli dengan waktu, tempat dan semua batasannya sekalipun itu imajiner.
Biarkanlah mereka yang mengais asa di balik asap knalpot bermimpi juga mereka yang bersembunyi di balik suara sumbar atau tangan telentang ke atas.
Toh, takkan ada satupun yang peduli dengan urusan orang.
Mata yang buta, telinga yang tuli dan mulut yang bisu.
Semoga tangan dan kaki masih bekerja dengan hati.
Seperti sebatang rokok, hidup itu. Akan habis pada waktunya.
Dan secangkir kopi yang pekat dan gelap.

Akhirnya semuanya akan menyapaMu
tanpa mata, telinga dan mulut
hanya hati, tak ada tangan dan kaki