Minggu, 30 November 2014

Hamdalah

Pernah ngebayangin pas bangun pagi tidak bisa membuka mata? Atau pas mau bangun, badan tidak bisa digerakkan sesentipun? Sulit memang untuk membayangkan kalau hal seperti itu terjadi. Tapi kita tidak perlu repot-repot membayangkan yang tidak enak. Bayangkan saja nikmatnya membuka mata di pagi hari lalu nikmatnya dapat menghirup udara segar yang masih bebas polusi, bayangkan nikmat yang enak-enak pas pagi hari terus coba diitung ada berapa banyak? Coba diitung di 10 menit pertama pas bangun pagi, dimulai dari buka mata terus gerakkin tangan sama kaki (sulit ngebayangin berapa banyak tulang yang bergerak, kan ini termasuk nikmat juga), terus berdiri dari tempat tidur, terus terus terus banyak banget. Tapi coba kita inget lagi terselip kah kata Hamdalah diantara semua macam nikmat yang kita rasakan pas pagi hari di 10 menit pertama?

Alhamdulillahilladzii ahyanaa ba’damaa amaa tanaa wa ilaihinnusyuur 
Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan dan hanya kepadaNya lah kami kembali

Sebenernya klo mau jujur, diantara 10 menit itu dan setelah 10 menit itu juga bukan air wudhu yang diambil tapi handphone duluan. Status orang-orang di twitter atau path bisa jadi lebih penting ketimbang mengingat yang telah menghidupkan kita setelah mematikan. Mungkin di jaman sekarang salah satu level keimanan bisa diukur dari air wudhu apa handphone dulu nih yang dicari setelah bangun tidur, mungkin.

Tapi klo dipikir-pikir, nikmat yang dikasih dari awal bangun pagi itu dah banyak banget. Pantes aja diulang-ulang terus di surat Ar Rahman. Tidak tangggun-tanggung diulangnya sampai 31 kali.

Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan


Semakin dipikir, semakin sedih sama diri sendiri. Tapi harus dipikir jadi sedih sama diri sendiri. *puk-puk*


Selasa, 11 November 2014

Tentang rasa


Sepertinya kita saling memendam kata yang tersimpan dalam hati. Entah apa yang menyumbat tapi sulit sekali mulut ini hanya sekedar untuk mengucapkan kata, “apa kabar?”. Atau mungkin aku terlalu percaya diri hingga merasa kalau dia juga merasakan yang sama dengan yang kurasa.

“Hai, apa kabar?”, sapaku dalam hati. Seperti biasa aku tak sanggup bertegur sapa padahal dia hanyalah selangkah di depanku. “Bodoh, bodoh, bodoh”, seolah aku berbicara dengan diri sendiri. Hanya untuk menatap matanya saja aku takut, aku keliyepan, entah kemana arah mataku.

Berulang kali hal yang sama terjadi. Berhari-hari aku melakukan hal serupa. Sudah berlangsung lama sejak aku mengagumi dia, aku hanya terus berlari entah ke arah mana yang jelas tidak sejengkalpun aku semakin dekat dengan dia.

---

Dia seperti angin, seolah tak ada tapi selalu kurasa.

Sesekali aku melihat dia dari kejauhan, lebh tepat kalau dibilang aku ini mencuri pandang. Seperti kebanyakan perempuan, setiap dia menegakkan kepalanya, aku langsung sigap seolah-olah aku memperhatikan hal lainnya.

Sesekali pula aku dengan sangat sengaja berjalan di depan dia, persis di depannya. Berharap kalau dia menegurku terlebih dahulu lalu berlanjut pada obrolan yang lebih jauh. Ah, tidak, tidak. Dia terlalu sibuk sepertinya  dengan buku yang selalu bertumpuk di atas meja atau larut dalam obrolan tanpa arah dengan teman-temannya.

Mungkin waktu akan membantuku, menghilangkan semua rasaku tentang dia.
Terima kasih untukmu, waktu.

--

Mungkin rasa hanyalah sekedar rasa. Sampai kapanpun hanyalah sekedarnya.




Modus ke Allah

Modus, suatu kata yang nga asing buat orang yang lagi PDKT. Biasanya nih pas lagi mau mendapatkan hati seseorang yang menjadi dambaan, hari-hari kita akan penuh dengan modus. Mulai dari tiba-tiba ngajakin ngobrol, comment status medsosnya doi sampai ngegombal-gombal sampe rambut jadi gimbal. Tapi kayaknya modus nga cuman klo lagi PDKT, bisa juga pas kita mau naikin uang saku bulanan, udah dipastikan kita modus nih ke orang tua. Bisa jadi tiba-tiba baik banget ke orang tua, dari ngebantuin bersih-bersih di rumah atau jadi nurut banget disuruh-suruh apa aja mau. Berarti bisa dibilang klo modus itu pas ada maunya aja, pas kita mau ngedapetin sesuatu.

Nah, kalau menurut KBBI, definisi modus yang paling sesuai dan mendekati dengan yang biasanya kita maksud sehari-hari adalah –desiderative modus yang menyatakan keinginan, --optatif modus yang menyatakan harapan. Saya bukan ahli bahasa tapi kemungkinan diartikan sebagai suatu aksi yang menyatakan keingin dan harapan, mungkinn..

Tapi terkadang kita lebih sering lupa kalau ada Zat yang Maha Kuasa, menguasai setiap apapun yang hidup dan mati, Zat yang Maha Tahu, mengetahui setiap misteri tentang waktu yang akan datang dan memberi hikmah dari setiap kejadian yang telah lalu. Dia yang menguasai hati setiap makhluk yang ada di dunia ini, hanya Dia yang sanggup membolak-balikkan hati siapapun dan apapun.

Tanpa perlu modus dan mendekatinya, sesungguhnya Dia amat dekat
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (Qaff:16)

Bahkan lebih tahu apa yang kita butuhkan
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Al Baqarah:216)
Tapi dalam prosesnya pendekatan ke Yang Maha Atas Akan Segala Sesuatunya ini tidak mudah, bahkan dalam beberapa ajaran tradisional lain proses pendekatan ini dilalui lewat proses penyiksaan. Klo kita lihat di India pasti banyak orang-orang yang sengaja menyiksa dirinya sebagai proses pendekatan ke dewa atau demi menjadi manusia yang mempunyai derajat tinggi. Ada juga seperti biksu-biksu yang berdiam diri dan menjauhkan dari kehidupan dunia untuk dapat semakin dekat kepada Dia.

Mungkin, dan ini sekedar mungkin, proses pendekatan kita juga bisa melalui berkenalan melalui pesan-pesannya di dunia yaitu Al Quran juga lewat ajaran-ajarannya seperti berbagai macam bentuk ibadah, bisa juga melalui sang pembawa pesan sekaligus ajaranNya yaitu Rasullullah. Yang tidak perlu melalui proses penyiksaan dan pemisahan secara utuh dari kehidupan yang bersifat dunia. Semua ibadah wajib, puasa sunnah, baca Quran dan lain sebagainya dijadiin sebagai proses pendekatan ke Yang Maha Kuasa.

Yah, namanya juga manusia ya, banyak maunya, pingin ini, pingin itu tapi nga pernah mau ngedeketin Yang Maha Memiliki. Mungkin jawaban atas segala macam permasalahan yang sedang kita hadapi ada jawabannya dalam Al Quran, mungkin segala macam kegelisahan hati kita dapat ditenangkan dengan mengingat namaNya, mungkin segala macam kesulitan kita tidak akan pernah sebanding dengan kesulitan yang pernah dihadapi oleh Rasullullah saat menyebarkan agama Islam.

Semoga saya juga selalu mengingat Allah kapanpun dan dimanapun. Inget rezeki, larinya ke Allah, mau cari jodoh, larinya ke Allah, mau ini mau itu larinya ke Allah. Susah banget tapi ya coba kita usahakan bersama (siapa ya?).