Minggu, 09 September 2012

Teori Lempeng Tektonik

Plate Tectonic Theory
Teori Lempeng Tektonik

Diambil dari tugas PL3002-Aspek Kebencanaan Dalam Perencanaan

Teori lempeng tektonik merupakan teori yang berkembang di tahun 60an dan diperkenalkan oleh J. Tuzo Wilson. Jauh sebelum tahun 60an, Alfred Wegener mengemukakan pendapatnya tentang benua yang terapung pada beberapa kesempatan di forum ilmiah internasional namun ditolak dan pendapat Wegener inilah yang menjadi landasa berpikir tentang teori lempeng tektonik.
Tektonik berasal dari bahasa Yunani, memiliki arti “berkaitan dengan konstruksi” sebagian yang lain menyebutnya dengan struktur sehingga teori lempeng tektonik mejelaskan tentang pergerakan lempeng di permukaan bumi sekaligus menjelaskan aktivitas geologi yang ada. Terdapat beberapa lapisan pada bumi, yaitu kerak (crust), mantel (mantle), inti luar (outer core) dan inti dalam (inner core). Kerak bumi merupakan lapisan terluar yang terdiri dari continents dan ocean basin, selanjutnya mantel yang memiliki konsentrasi terbesar dari panas bumi dan terdiri dari dua bagian yaitu mantel dalam dan mantel luar dengan ketebelan kedua bagian tersebut sekitar 2900km. Selanjutnya lapisan paling dalam bumi yaitu inti luar dan inti dalam, bersama dengan mantel dalam ketiganya termasuk sebagaii bagian dari lapisan astenosphere bumi. Di atas lapisan astenosphere terdapat lapisan litosphere, mantel luar dan kerak bumi,  dimana proses lempeng tektonik terjadi. Bila kerak, mantel dan inti bumi dibagi berdasar pembentuk lapisannya maka pembagian lapisan bumi menjadi lapisan litosphere dan astenosphere berdasar proses mekanis yang terjadi.
 Jenis-jenis dari pergerakan lempeng tektonik:
1     
      Divergen
Pada pergerakan divergen, dua lempeng bergerak saling menjauhi. Saat kedua lempeng tersebut saling mejauhi maka magma yang terdapat di bawah lapisan litosphere akan bergerak ke atas sehingga membentuk deretan gunung api bawah laut contohnya adalah dereten gunung api bawah laut pada laut antartika yang juga makin menjauhkan benua Eropa dengan Benua Amerika

2.      Konvergen
Pergerakan jenis konvergen terjadi saat lempeng dengan densitas lebih padat bertemu dengan lempeng yang densitasnya kurang padat sehingga lempeng dengen densitas kurang padat tersebut terdorong ke lapisan mantel luar. Kejadian ini sering terjadi di daerah zona subduksi, daerah cincin api, sehingga frekuensi terjadinya gempa bumi cukup besar akibat pergerakan lempeng jenis konvergen. Namun, saat densitas dari kedua lempeng tidak terlalu jauh berbeda maka dapat muncul pegunungan api seperti pada Pegunungan Himalaya.

Konservatif
Bila pada pergerakan jenis divergen maka dapat memungkinkan terjadinya lempeng baru dan konvergen dapat meniadakan lempeng, pada jenis konservatif lempeng tersebut tidak hilang ataupun terbentuk suatu lempeng baru lagi namun saling bergeser sehingga memungkinkan aktivitas gempa bumi yang cukup tinggi. Contohnya adalah pada Lembah Sianok di Pulau Sumatra dan San Andreas di Amerika Serikat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar