Minggu, 08 Januari 2012

Yang Seru di 2011 #1


Hujan seribu tahunpun takkan sanggup membuat waktu itu kembali. 2011
Mencoba sedikit puitis biar seperti tulisan yang dibawah, yang rokok dan kopi itu loo. Padahal mah dibilang perokok iya tapi pasif, pecandu kopi? Palingan ngopi juga pas ujian doang. Emang hidup itu nga bisa dinyana, seperti kamu dan aku yang belum dipertemukan hingga saat ini #eeea #abaikan.

Back to topic

Sebenernya klo diceritakan 2011 ini penuh dengan cerita. Ada tawa, canda, senyum, sendu dan ini niihhh --> masalah! Yang enak itu begitu satu masalah selesai rasanya seperti membelah awan masuk ke langit ke tujuh bersama tujuh bidadari nga jauh beda rasanya pas tau dia itu single lagi tapi satu masalah selesai langsung muncul lagi masalah lainnya sama aja kayak pas tau dia single lagi tapi nga tau mau ngapain, wong kenal aja nga.

Dimulai dari acara outbond bersama anak jalanan Dago yang diselanggarakan Ikastara cabang Bandung. Dari awal sudah terendus "ini bakal menarik kedepannya". Percaya? Oiya sebelumnya, agak nga enak sebenernya klo nyebutnya anak jalanan jadi dalam keseharian saya lebih memilih teman-teman simpang dago. Mereka ini biasanya kumpul di suatu tempat di atas Dago yang disebut Dewi Sartika, deket dengan Bandung Coret. Pertama kali kesana, langsung terhenyak karena tempatnya yang nga seberapa besar sekitar 10x5 meter dengan dua tingkat itu juga pihak Dewi Sartika keliyengan untuk melunasi uang sewa disana sebesar 10 juta setahun. "Mungkin ini dunia ya? Di sisi lain ITB kewalahan ngurusin parkir karena junlah kendaraan yang bertambah sangat banyak roda dua maupun empat, di sini, di tempat sekecil ini bisa belasan orang tidur tiap malamnya", kata hati saya begitu sampai di sana. Bukannya bermaksud sok-sok an atau gmna, tapi ini nyata adanya. Oiya yang asli tinggal di tempat yang bernama DS itu adalah sepasang suami istri yang memang mendedikasikan hidupnya untuk kegiatan sosial yaitu Kang Friston dan Teh Santi. Kang Friston ini mantan ketua GNMI(Gerakan Nasional Mahasiswa Bandung) Bandung dan Teh Santi lulusan STKS Dago yang sekarang aktif di beberapat tempat sosial di Bandung, mereka juga telah memiliki sepasang anak yang "namanya saya lupa". Sampai sekarang saya masih menaruh rasa hormat untuk Kang Friston , Teh Santi dan anaknya yang mau berbagi tempat dan cerita dalam kesehariannya dengan mereka yang saya sebut teman-teman simpang dago. Di sana pula, banyak penggiat sosial yang beraktifitas dari berbagai lembaga ataupun universitas tapi tetep aja yang laing banyak ini nih, dari GNMI Bandung. Sekilas aja, waktu itu saya sempat berdiskusi dengan ketuanya dengan niat hanya ingin mengakrabkan diri namun menjadi sangat panjang sekaliiiiiiii. "Pingin tahu deh, MADILOG itu penjabarnnya seperti apa sih", ini yang saya tanyakan. Jadinya ngobrol dari jam berapa sampe jam berapa, nyambungya ke Marx lah Adam Smith lah. Tolong, saya hanya mahasiswa Geodesi angkatan 2008 yang tahu klo bentuk bumi itu sebenernya tidak tepat bulat tapi dengan pendekatan matematis disebut elipsoid dengan sumbu ekuatornya lebih panjang(b) dibadingkan sumbu pada kutubnya(a) sehingga terjadi penggepengan dengan nilai f=1-(a/b). Dan perbincangan itu pun berlangsung selama 5 jam nonstop dari jam 7 hingga 12 malam. Waktu itu juga muncul slentingan dari pihak DS, "anak ITB sekarang juga dah beda sama yang dulu kayaknya ya, dulu mah ada Soekarno dan lebih berani sekarang kayaknya nga ya". Kebetulan ada Mohammad Faza juga waktu itu, calon menteri pertahanan RI di kabinet Nusantara yang insyaALLAH saya pimpin. Dari sini juga muncul ide untuk membentuk komunitas KCAI(Keluarga Cinta Anak Indonesia) yang berisi beberapa teman-teman dari Farmasi dan Ikastara Bandung.  Tak bisa dipungkiri, terlepas dari persepsi masing-masing, Dewi Sartika lah yang mempertemukan KCAI :)
Nb: Riksa juga mempersatukan KCAI masbro dan mbaksis!
salah satu tempat "bermain" teman-teman simpang dago

Di KCAI ini saya lebih-lebih banyak sekali belajar, terlalu banyak bahkan. Mungkin halnya sepele dan sederhana tapi itu capaian yang indah loo
Ini dia yang saya anggap saya mengkader diri saya sendiri:
  1. Mengambil resiko dengan berada dalam KCAI itu unik bagi saya, teramat sangat!. Mungkin hanya saya sendiri yang tak se"alim" teman-teman KCAI lainnya. Ilmu agama saya masih sangat dangkal. Untung serendah-rendahnya iman itu malu jadi masih berhak untuk malu. Mau nga mau mulai lagi menambah hapalan Qurannya, di DS juga lebih difokuskan ke masalah agama. Bahkan ada beberapa cerita nabi dan rasul yang baru saya inget kembali pada saat mengajarkan teman-teman simpang dago. itu dibaca ya yang dituli tebel, katanya INGET. hehe.. Intinya megingatkan saya kembali untuk lebih mengingat ALLAH supaya ALLAH  juga ingat dengan hambanya.
  2. Kepekaan sosial. Mungkin ini ya kalimat yang pas melihat kondisi sekitar saya yang banyak sikut kanan-kiri. Agak ngeri emang tapi begitulah adanya seperti kita yang belum dipertemukan #halah #abaikan. Setelah saya membaca beberapa AD/ART beberapa himpunan terdapat kalimat kepekaan sosial yang hanya sebatas gabungan kata bukan aplikasi dalam keseharian. Sulit memang ngomongin yang satu ini klo diserahkan ke ranah pribadi. Tapi yang jelas disini saya belajar #asiknyaberbagi yang dipopulerkan oleh Kak Yangi, Menteri Pengmas dan Alumni SMA TN angkatan 15 ini memang luar biasa mahasiswa terbaik Farmasi dan aktif di kegiatan sosial. Ruaarrrrrr Biasa! 
  3. Juga hal-hal yang mungkin dianggap remeh. Dalam hati sering saya berucap sendiri,"nyuruh anak orang belajar tapi sendirinya nga belajar duh!" atau sering juga saya berkata ke anak-anak Riksa atau teman-teman simpang dago untuk tidak berkata kasar kepada temannya sendiri malah harus membantu tapi saya? Jadi belajar juga deh, hehe


Terkadang ada hal yang saya rasa mengganjal. Dimana ranah praktis dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang sering didengungkan oleh kita sendiri. Dimana nilai pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat tersebut ada. Saya percaya, kita yang muda tahu mana yang benar dan salah dan cukup dewasa untuk membedakan hal yang baik dan buruk. Saya percaya setiap dari kita yang muda adalah calon pemimpin besar nantinya yang berani berkata baik dan bertindak benar. Dengan memulai dari yang kecil, memulai dari diri sendiri dan memulai sekarang saya percaya Indonesia akan lebih baik. 

Yang saya tulis murni datang dari hati dari apa yang saya lihat dan dengar bukan sekedar isu. 

Cara terbaik untuk belajar adalah dengan mengajar. Cara terbaik untuk mengajar adalah dengan melakukan. Cara terbaik untuk melakukan adalah dengan cinta. Cinta terdiri dari giving, sharing and caring.-Widjajono Partowidagdo

(...)